Rabu, 02 Maret 2011

Beliau adalah, ibu

Beliaulah manusia paling spesial dalam hidup kita. Pengorbanannya, cintanya, kasih sayangnya, dan ketulusannya. Semuanya spesial. Pastinya, tidak ada siapapun di dunia ini yang tidak mengakui kebenaran hal itu. Meskipun mungkin sebagian orang tidak dapat merasakan hal itu dalam hidupnya. Beliau teramat spesial, sehingga kita harus selalu berbakti, menjaga perasaan, mendoakan, membahagiakan dan mewujudkan keinginannya.
Terkadang persoalannya karena kita dan ibu ditakdirkan terlahir di dua zaman yang berbeda, sehingga seringkali banyak hal yang tidak sepahaman diantara kita dan ibu. Memang kita dan orang tua dilahirkan di generasi yang berbeda, menghuni zaman yang tak serupa, mengalami perubahan budaya yang tak sama, hingga terkadang menimbulkan perbedaan komunikasi antara orang tua dengan kita, kehendak yang tak seiring, dan pikiran tak sejalan. Namun kita juga harus ingat bahwa suatu saat nanti di hari tua kita-pun pasti kehidupan akan berbeda, lihat-lah kehidupan adik kita atau anak-anak yang sekarang umurnya jauh di bawah kita, nampak banyak perbedaan antara masa kecil kita dahulu dengan kehidupan mereka sekarang, apalagi dengan masa yang akan kita lalui nanti.
Ibu memiliki pandangan yang lebih dalam tentang hidup dan perasaan, kadang tidak bisa kita pahami sebagai anaknya. Namun pada dasarnya keinginan-keinginan beliau sederhana tetapi seringkali ditafsirkan rumit oleh kita, sehingga terkadang melahirkan dugaan-dugaan tidak berdasar sampai kadang harus menimbulkan rasa kecewa dalam hatinya.
Beliau-lah gudang cinta dan kasih sayang untuk anak-anaknya. Cintanya tidak pernah berkurang, kasih sayangnya tak pernah menipis. Cinta dan kasihnya sama sekali tidak pernah luntur meskipun mungkin kita telah jauh dari sisinya. Cinta dan kasihnya tak pernah menyusut meski kadang kita tak pandai menyambutnya. Dia selalu memberikannya kepada kita kapan saja, dengan cara apa saja. Tak ada bedanya, antara cintanya ketika kita masih kanak-kanak dan ketika kita sudah dewasa, atau ketika kita sudah merasa mampu untuk melakukan segalanya sendiri.
Bagi ibu, anak adalah tempat mencurahkan cinta dan kasih sayang. Walaupun kadang kita tak memahami cara ibu dalam mencintai kita, sehingga melahirkan praduga yang salah dan tuduhan yang bisa melukai hatinya. Bahkan ketika kita dewasa sekalipun, cara ibu menyayangi kita tidak pernah berubah, sampai ketika kita harus menentukan pendamping, ibu pasti tetap akan menunjukkan kasih sayang melalui restunya ataupun larangannya, pasti kita akan berburuk sangka ketika ibu melarang kita meminang pilihan kita sendiri dan sangat kecewa terhadap ibu, padahal hakikatnya itulah besarnya kasih sayang ibu kepada kita.
Barangkali, tidak ada orang yang paling mengerti kita selain ibu. Sejak kecil kita diasuh, hingga dewasa kita diasah, ibu sangat mengerti kita, mengerti kesenangan kita dan hal-hal yang membuat kita senang. Diantara keunikan seorang ibu, ia tetap selalu ingin menghadirkan kesenangan-kesenangan itu untuk kita, meski kita yang sudah dewasa dan merasa sudah tidak di masa itu lagi, atau merasa sudah mampu menghadirkannya sendiri. Sebab bagi seorang ibu, memberi kesenangan kepada anaknya adalah kesenangan tersendiri bagi dirinya. Betapa mulianya ia, yang tak pernah bosan dan lupa dengan kesenangan-kesenangan masa lalu kita, sejak kita masih kanak-kanak.
Hingga kapan pun, ibu selalu ingin membuat kita senang. Suatu hari kita datang menjenguknya, mungkin ia selalu siap menyajikan untuk kita menu-menu makanan kesukaan kita. Begitu juga ketika kita tengah dilanda kegalauan, beliau selalu sabar menemani serta mencarikan solusi dalam setiap permasalahan kita. Tanpa kita tanyakan sekalipun, perasaan ibu teramat dalam untuk menangkap setiap perubahan dari raut muka kita. Namun terkadang kita lebih suka untuk membuka dan mencurahkannya dengan teman kita, atau teman yang merasa dekat dengan kita. Tiadakah kita lupa, bahwa jiwa seorang ibu telah di pertaruhkan untuk kelahiran kita dahulu hingga kita lebih mendekatkan diri dengan siapa yang tidak jelas kepentingannya daripada dengan ibu kita yang teramat mulia.
Ibu, seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalasnya ibu.