Minggu, 22 Februari 2009

Sarjana Muda

Berjalan seorang pria muda dengan jaket lusuh di pundaknya
Di sela bibir tampak mengering terselip sebatang rumput liar
Jelas menatap awan berarah wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah kontai tak terarah, keringat bercampur debu jalanan
Engkau sarjana muda, resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku tuk jaminan masa depan
Langkah kakimu terhenti di depah halaman sebuah jawatan…..
Berjalan lesu engkau melangkah, dari pintu kantor yang diharapkan
Terngiang kata tiada lowongan, untuk kerja yang di dambakan
Tak perduli berusaha lagi,namun kata sama kau dapatkan Jelas menatap awan berarah, wajah murung semakin terlihat…..
Engkau sarjana muda, resah tak dapat kerja tak berguna ijazahmu
Empat tahun lamanya bergelut dengan buku, sia-sia semuanya
Setengah putus asa dia berucap, maaf ibu..

Senin, 16 Februari 2009

Tuhan 9 cm

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara- perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah…ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok. Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok.
Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok. Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak,tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya. Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal? Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.

Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok. Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan. Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk. Pada saat sajak ini ditulis, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas. Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba. Pada saat sajak ini ditulis, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya. Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini. Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Semoga pilihanku nanti, sesuai pilihan-Mu

Aku adalah manusia dengan segala keterbatasanya, hanya mampu melihat segala sesuatu dalam jarak tertentu, apalagi untuk menerawang keindahan dibalik hati makhluk hidup yang bergelombang jelas aku takkan pernah mampu, namun dengan keterbatasan daya lihat yang ada padaku ku pergunakan sebaik-baiknya dalam menerawang sela-sela itu, seperti menatap keindahan sampul buku meskipun aku sadari itu tidak menjamin mutu isinya. Jika dalam memilih buku saja inderaku tak mampu bagaimana aku akan memilih tulang rusukku? Setidaknya aku akan berusaha memaksimalkan inderaku serta mohonkan pada-Mu untuk memilih yang terbaik buatku dan menjadikan pilihanku itu memanglah pilihan yang Kau pilihkan untukku, untuk dunia dan akhiratku, sekiranya begitu adanya kumohon tetapkanlah untukku, dan dekatkan dia padaku, sebab hanya Engkau yang bisa menetapkan, mendekatkan dan menunjukkan segala kebaikan untuk ku.
Namun jika aku keliru dalam memilih pilihan-Mu, semoga Engkau sentiasa menghindarkan aku darinya, pun juga dia dariku, jauhkanlah aku dari segala yang tak Engkau ridloi, dan berilah pengganti untukku yang lebih baik menurut-Mu dan juga menurut inderaku.
Ya Robbal 'Alamiin...
Sebagaimana Engkau telah izinkan nabi-Mu Sulaiman memilih Bilqis, maka kumohon restu-Mu atas siapa yang akan menjadi pilihanku, jadikanlah dia untukku secantik Bilqis, cerdas Aisyah, sholehah seperti Maryam, sehebat Fatimah, demi melahirkan generasi harapan untuk meneruskan perjuangan di jalan-Mu dan mewarisi semua ajaran rasul-Mu.
Ya Robbal 'Alamiin..
kusadari bahwa keindahan makhluk-Mu yang manis, terkadang menjauhkanku dari-Mu, hingga membuatku jarang menangis di hadlirat-Mu, namun kumohon jadikanlah bahagiaku dalam ridlomu seperti kebahagian mereka yang Engkau ridloi kala menangis pada-Mu.

Rabu, 11 Februari 2009

Avicenna,..i'm in love.

Sudah beberapa hari ini, rasanya saya asyik banget tuk lebih mendalami dengan figur yang satu ini...nih kenalin Pholosoph Muslim yang luar biasa.
Namanya Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). dikenal sebagai Ibnu Sina yang lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Beliau adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern." Sampai George Sarton saja menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Beliau mulai mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai."
Namun ketertarikan saya teramat besar pada beliau ketika mengkaji masalah Psychology yang beliau kaji, seperti dalam buku Fazlul Rahman Avicenna's Psychology pokoknya jadi tambah pengen akrab dengan beliau..

Selasa, 10 Februari 2009

VALENTINE is BODOH

VALENTINE, diperingati atas dasar 'kebodohan' demi melegalkan seks bebas
VALENTINE, hari besar kaum kapitalis mempromosikan produk2 mereka
VALENTINE, kematian Santo di kemas sebagai hari kasih sayang, banyak remaja terbodohi
VALENTINE, apakah monopoli kasih sayang hanya dalam satu hari saja?
VALENTINE, tradisi buruk tidak pantas di lestarikan
VALENTINE, hari kasih sayang? mengapa mereka masih saling bunuh
VALENTINE, di tunggu sekedar ingin berikan coklat, orang bodoh menunggunya untuk berbagi.

VALENTINE, jauhilah karena kita tidak akan mengikuti orang BODOH

(di ambil dari beberapa sumber,red)