Minggu, 29 Desember 2013

Suara air

Hidup terkadang di ibaratkan seperti air, bahwa setiap air yang mengalir pastilah akan sampai ke muara sebagai tujuannya. Kehidupan juga kerap di ibaratkan seperti lautan, yang airnya suci dan men-sucikan maka ketika ada kotoran sampah bahkan bangkai yang mencoba untuk mendekati atau memasuki ke dalam lautan tersebut maka ia akan terpental (putus) dengan sendirinya tanpa lautan itu harus bersusah payah untuk membuangnya. Namun setiap air mengalir juga akan selalu berliku-liku bahkan sering membentur bebatuan bahkan karang, ada juga saatnya air terjebak dalam kubangan yang kotor dan memprihatinkan sehingga seolah tidak mungkin dapat terbebas kemudian meneruskan alirannya kembali. Begitulah sejatinya filsafat yang dapat sedikit di ambil pelajarannya dalam kehidupan manusia. Ulasan singkat tersebut sering di kaitkan dengan perjalanan hidup seseorang, padahal hakikatnya manusia sendiri tidak menyadari bahkan menyangka pun serasa tidak tetapi Allah tetaplah dzat yang serba Maha. Dia-lah juga Maha Pemberi apa yang di perlukan hamba-Nya bahkan ketika hamba tersebut tidak pernah memimpikannya. Seperti hamba yang selalu berkeinginan untuk menjaga serta meningkatkan dirinya agar senantiasa menjadi lebih baik, maka Allah akan memberikan kepada hamba tersebut sebuah media untuk kebaikan diri hamba dan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana demi peningkatan dalam hidup seseorang serta menjaga eksistensi kebaikannya kedepan maka Allah memberikan jaminan dengan dihadirkan seorang pendamping yang hanya Allah berikan berupa seorang istri yang sholehah. Hakikatnya Allah telah menyiapkannya sebagai anugerah bagi hamba-hambanya yang senantiasa bersyukur dalam menerima karunia pemberian illahi rabbi. Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan hamba-Nya yang bersyukur, karena apabila tidak bersyukur atau kufur maka sebaliknya Allah justru akan memberikannya adzab yang teramat pedih. Lain Syakartum la aziidannakum, wa lain kafartum..inna 'adzaabii lasyadiid.

Sanur, December 29.